Deskribsi tokoh
Dyon Dewantari : Dyon salah satu siswi berprestasi
disekolahnya, dyon seorang gadis cantik, yang mempunyai warna kulit putih dan
berambut lurus panjang bewarna hitam. Dyon gadis yang tegar, baik hati,
penyabar dan tidak sombong. Dyon mempunyai 3 orang sahabat yaitu : Melan, Rini
dan Citra.
Sindy
Dewantari : Sindy seorang kakak yang sangat baik bagi dyon, sindy juga
tidak kalah berprestasi dengan adiknya, dyon. Sindy seorang gadis yang manis, mempunyai
warna kulit yang sama persis seperti adiknya dan berambut ikal bewarna cokelat.
Ia baik, jujur dan penyabar. Tetapi, ia gadis yang paling tidak bisa mengendalikan
kemarahannya dan juga sedikit egois.
Melan :
Melan mempunyai gaya yang sama persis seperti sahabatnya, yaitu dyon. Melan
seperti MIRROR. Tetapi, sifat melan cukup berbeda jauh dengan dyon. Sifatnya
yang egois, yang lebih mementingkan dengan kepribadiannya itu yang membuat
orang membencinya. Ditambah lagi dengan sifatnya yang tidak mau mengalah dan
suka mengambil hak orang lain.
Rini : Rini mempunyai
karakter jiwa penyayang, ia tidak memandang siapapun yang ia kenal dari luar. Ia
gadis yang cantik, mempunyai banyak seni dan berambut ikal bewarna hitam. Sifatnya
yang baik hati, selalu mengalah dan adil itu yang membuat banyak para kaum
lelaki menyukainya.
Citra : Citra sahabat yang
baik dan setia, ia selalu senang membacakan banyak cerita dongeng untuk para
sahabatnya. Citra sedikit bertubuh gemuk dan berambut bob bewarna cokelat.
Tidak salah jika mereka selalu menghadapi banyak rintangan didalam sebuah
persahabatan yang rasanya asam manis itu, seperti banyaknya rintangan didalam sebuah
cerita dongeng untuk mempertahankan segalanya.
Arzaky
faessi : Arzaky. Itulah namanya, ia biasa lebih dikenal dengan
panggilan zaky. Zaky salah satu pria yang cukup populer disekolahnya, bukan hanya
karena wajahnya yang manis, tetapi juga karena kebaikannya, tidak sombong dan
setia.
Raditya : Cowok culun yang
berpenampilan katrok dengan kacamatanya yang bulat besar, ia lebih dikenal
dengan panggilan cowok norak. Ia sama tingkatannya seperti sindy kakaknya dyon.
Walaupun ia culun, ia mempunyai ciri khas yang beda. Suaranya yang merdu saat
bernyanyi dan juga baik hati.
Ray
: Cowok paling
keren, paling populer dan setingkatan dengan kakakku sindy disekolah ini. Bukan
Cuma baik, manis, tapi juga misterius.
Asam
manis kisah persahabatan
Tuhan,
banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu tentang perasaanku. Aku seakan ingin
menangis dihadapanmu, tetapi aku tegar untuk itu. Setiap saat aku selalu
mengalah untuk sahabat ku, melan. Sejak aku mengenalnya hingga hari ini dan aku
tak tahu sampai kapan aku harus terus tetap mengalah. Aku selalu saja bersabar
disaat ia menjatuhkan nama baikku, aku selalu saja mencoba tersenyum akan
memandang kesenangannya menghancurkan dunia indahku. Walaupun begitu aku tak
pernah menjadikan itu sebuah masalah, tak pernah sedikitpun terlintas dalam
benakku untuk membencinya, aku selalu akan menyayanginya, seperti aku
menyayangi orang tuaku, kakakku serta ke2 sahabatku citra dan rini. Aku tak
paham dengan hati kecilku yang tak pernah membencinya, padahal kebanyakan insan
yang mengenalnya sangat benci karena sifatnya. Bahkan mereka banyak memusuhinya
karena sifatnya yang selalu ingin menang sendiri. Apa yang ku punya, ia pun
harus punya. Apa yang aku mau, ia pun mau dan apa yang aku suka, ia pun suka.
Dari dulu hingga sekarang kami selalu bersama, kemana pun kami pergi, maka kami
tetap bersama. Orang tuaku sudah kenal dekat dengan silsilah keluarganya,
begitu juga dengan keluarga rini dan citra. Hingga ia yang seperti MIRROR
selalu mempunyai gaya yang sama. Aku dan melan sering di sangka anak kembar dan
sudah 8 tahun kami bersahabat hingga saat ini. Melalui banyak rintangan dan
kisah asam manis persahabatan yang hampir akan memisahkan kami. Saat ini aku
tengah duduk dibangku kelas 3 SMP, begitu juga dengan melan, citra dan rini.
Namaku Dyon Dewantari, aku lebih dikenal dengan panggilan dyon. Itulah nama
panggilan yang sehari-hari mereka sebut jika bertemu denganku. Aku mempunyai
seorang kakak yang bernama Sindy Dewantari, saat ini kakakku tengah duduk
dibangku kelas 2 SMA. Dewantari itu adalah nama gabungan dari papa dan mamaku
(Dewa dan Tari). Aku, kakakku, dan ke3 sahabatku 1 sekolahan, walaupun
tingkatan kami berbeda. Kakakku sangat benci pada melan, karena sifatnya yang
buruk yang selalu ingin sama denganku. Seringkali kakakku memasang wajah amarah
dengan sepasang bola matanya yang terus menatap tajam ke arah melan saat tengah
berjalan denganku. kedekatanku dengan melan, citra dan rini sebagai sahabat
sudah lebih dari seperti adik kandung sendiri, karena dari dulu hingga sekarang
aku tidak pernah bertengkar dengan mereka walaupun, melan sering sekali
mempermalukan aku didepan teman-temannya. Itulah kesempurnaan hidupku dengan
kasih sayang seorang raja dan ratu didalam sebuah istana cinta mereka, yang tak
pernah luntur akan perhatiaannya terhadapku dan kakakku.
Malam
kini sudah larut, bintang-bintang dilangit kamarku lenyap sudah. Hanya aku yang
kini tinggal sendiri dengan perasaan yang resah dan gundah didalam kamar dengan
menyaksikan hujan diluar yang begitu lebat. Tiupan angin yang tajam, seakan
menusuk kedalam tubuhku. Menyambar pikiranku dan menelan semua angan-angan
kosongku. Ya Tuhan, disaat seperti ini aku sedang memikirkan seseorang yang
kucintai dan yang pasti dia juga mencintaiku. Namanya Arzaky Faessi, biasanya
ia lebih di kenal dekat dengan panggilan zaky. Aku senang mengenalnya, setahuku
ia lelaki yang baik yang bisa menjagaku dan juga bisa menuntunku dengan benar
dijalanmu. Ia tak jauh beda denganku, ia sama tingkatannya dengan kakakku
sindy. Banyak yang menyukainya, tetapi anehnya ia malah memilih untuk
menyukaiku. Terlintas aku terbayang saat awal dari pertemuan yang tak disengaja
itu menjadi sebuah cinta. Awalnya memang biasa tapi lama-lama saat kami sering
bertemu, itu menjadi sebuah hal yang luar biasa. Kesandung sama sebuah batu pada
awalnya, kini menjadi kesandung dalam sebuah cinta. Itulah bayangan awal kami
bertemu. Aku akan selalu tersenyum saat aku bertemu dengannya, dunia seakan
berhenti disaat ia terus menatap bola mataku dengan senyumannya yang indah
walau itu hanya sesaat menatap. Tak bisa aku pungkiri, bahwa sesungguhnya
inilah rasaku. Tetapi, sesaat semua bayangan itu jauh pergi menghilang. Saat
aku tersadar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku, dan akupun bangkit dari
atas tempat tidurku dan membuka pintu kamar. Dan dengan sangat terkejut aku
melihat sahabatku melan menangis memelukku dengan tiba-tiba. Aku bertanya ada
apa dengannya, mengapa ia menangis. Tetapi, tak ada jawaban darinya. Hanya
dengan kondisi wajah yang pucat dan tubuh yang basah kuyub karena terkena hujan
yang lebat diluar sana. Akupun ikut prihatin melihatnya, ku ambilkan sepasang
baju ganti dan secangkir teh hangat dengan campuran susu vanilla kesukaannya.
Dengan sedikit rasa penasaran akupun kembali bertanya padanya, seketika itu aku
terkejut mendengar bahwa kak zaky lelaki yang kukenal sangat sayang denganku
kini malah berpaling dengan sahabatku, melan. Aku seakan tak percaya bahwa air
mataku tak dapat membendung, saat aku tahu bahwa air mata melan hanya karena
keharuannya untuk zaky yang kini menjadi kekasihnya.
Melan menghirup minuman hangatnya, lalu berkata dengan
nada curiga. “yon, kenapa nangis?” Harusnya kamu seneng dong, kalo kak zaky itu
jadi pacar aku.”
Aku berpalingkan diriku dari wajahnya, aku tak ingin
lebih merasa sakit saat melihat wajah bahagianya, tetapi dia itu sahabatku.
Maka hanya 1 kalimat yang aku ucapkan. “aku gak nangis kok mel, aku Cuma
terharu dengarnya kalo selama ini kak zaky sukanya sama kamu.”
“yon, kamu gak bohongi aku kan? Apa yang kamu sembunyiin
dari aku?” melan kembali bertanya
Aku hanya sedikit menganggukkan kepalaku dan menghapus
air mataku, yang aku tahu kak zaky menyukaiku tapi mengapa jadi begini? Apa aku
harus jujur sama kamu mel? bahwa sebenarnya aku juga suka sama kak zaky
kekasihnya kamu.
“yon, kalo kali ini aku suka sama kak zaky. Berarti kamu
juga harus suka sama dia ya, karena kita sahabat sejiwa.” Ujarnya memeluk
pundakku
“maksud kamu, aku jadi yang kedua?” tanyaku dengan mata
yang mendelik keheranan
“bukan yon, tapi kalo ada aku disamping kak zaky. Itu
juga harus ada kamu dan aku mau jangan sampai kamu suka sama kak zaky, karna
aku yakin kak zaky sukanya Cuma sama aku.”
Sejenak aku terdiam membisu, menghembuskan nafas legaku
setelah melan menjawab pertanyaanku tadi. Kini tak ada lagi harapan untukku
yang selalu bermimpi akan bersamanya. Hatiku serasa perih seakan aku tak dapat
lagi untuk berkata jika aku sanggup tanpa dia. Aku mencoba tersenyum walaupun
dalam hati menangis dan terus berkata. “Tuhan, aku mencintainya, hanya dia yang
aku mau. Tapi mengapa dia harus bersama dengan sahabatku? Tuhan jawablah aku,
jika memang ini jalannya. Jangan jadikan ini kisah yang lebih sakit seperti
mawar yang berduri. Dan aku ingin dia datang untuk katakan bahwa ini hanya
sebuah kebohongan..”
Maaf kali ini aku
gak bisa jujur melan, kalau yang sebenarnya itu aku Cuma sukanya sama kak zaky.
Dan maaf kalo hal ini kamu gak pernah tau, karena aku takut kehilangan kak
zaky, dan sekarang semua itu sudah jelas. Aku kehilangan orang yang aku
sayangi.
***
Raja siang mengisi seisi ruangan dikamarku, sinarnya yang
menerang membuat aku terbangun dari mimpi-mimpiku. Mataku yang tadinya masih
tertutup rapat, kini sedikit terbuka dan menerawang keindahan pagi yang
menyambutku. Dan kini aku baru menyadari bahwa jam masuk sekolah untuk hari
senin lebih dipercepat untuk minggu ini, kulihat dibalik jendela ternyata ada melan,
citra dan rini yang sudah dari tadi menunggu dan bergegas aku melihat ponselku.
Dan ternyata benar, 4 panggilan tidak terjawab dari melan. Dengan wajah panik
dan langkah yang kupercepat, aku hampir saja mencelakakan si bibi yang sedang
menyiapkan sarapan pagi. Bergegas akupun membuka pintu rumahku untuk para
sahabatku, dan menyuruh mereka duduk dikursi ruang tamu sambil menungguku. Mama
dan papaku hanya tertawa geli melihat tingkahku yang kebingungan itu, karena tidak
biasanya aku seperti itu. Wajahku murung, kufikir alasan yang tepat aku bangun
terlambat itu karena kejadiaan tadi malam. Kini usai semua, dengan rambut yang
terurai dan sepasang pita bewarna biru gelap akupun sudah siap untuk berangkat
kesekolah dengan melan, citra dan rini. Dan tepat saja, gayaku yang tetap sama
dengan melan. Mulai dari tataan rambut, pita, baju, sepatu hingga warna kulitku
yang eksotis ini.
“sorry ya akunya telat..” ujarku sambil berjalan kearah
pintu depan
“iih gak biasanya deh kamu bangun telat kayak gini yon!
Lama banget tau, aku tuh capek nunggunya!” jawab melan kesal
“aduh Cuma nunggu sebentar aja kok capek sih mel,
kasiankan dyonnya kamu marahin kayak gitu. Yon, gapapa kok. Lagian kamu pasti
punya alasan kenapa bisa bangun telat, yakan?” ucap rini menghelus lembut
pundakku
“biarin aja, peduli amat! Lagian apa coba alasannya kamu
bangun telat??”
“udahlah jangan pada ribut kayak gini, dyonkan udah minta
maaf mel. Kamunya juga mel selalu gak mau ngalah.”
“betul tuh apa yang dibilang ama rini mel, lagian dari
pada berantam kayak gini mendingan aku ama rini, cabutt…………………………….!” teriak
citra sepontan mengayuh sepedanya
“eh tungguin! Aduh cepetan dong yon, kejar mereka ayo..!”
“mel, kamu yang bawa ya sepedanya. Kepala aku pusing ni,
takutnya entar jatuh lagi..”
“iiih banyak banget alasan sih kamu yon, udahlah bawa
aja. Lagian tinggal ngayuh sepeda doang juga!” kesal melan memaksaku
“yaudah deh aku ngalah..”
Ya! Roda sepedaku terus berputar, sepeda fixie bewarna
pink itu berjalan dan terus berjalan dengan mulus hingga sampai ketempat
tujuan, yaitu kesekolah. Sekolah itu satu-satunya tempat yang paling aku
banggakan, tempat dimana bukan hanya aku belajar, tapi juga bermain dan
mengeluarkan semua inspirasiku. Ditempat itulah aku selalu merasakan kenyamanan
dan keindahan yang luar biasa saat matahari menerobos masuk kedalam
angan-anganku dan menghapusnya dalam pikiranku. Sesampai ditempat parkiran. Aku
diam membeku, perasaanku dunia seakan berhenti. Pandangan yang tadinya indah
kini menjadi suram, gelap tanpa cahaya.
“yon kamu kenapa?” ucap rini tampaknya panik
“yon hidung kamu berdarah. Rin, kita bawa ke UKS aja yuk,
kasian dyonnya mimisan gak berenti kayak gitu!”
“ayo cit…!” jawab rini merangkulku yang kini lemah tiada
daya
“loh yon, yon kamu kenapa?” tanya melan
“haduh udah deh mel kamu tuh telat, mendingan kamu
minggir aja. Gak liat apa dyon lagi sakit? Mata kamu tu udah buta ya, udah tau
dyon sakit pakek nanyak lagi!” jawab citra yang tiba-tiba menjadi emosi melihat
tingkah melan yang sibuk dengan dunianya sendiri
“kok jadi kamu yang emosi sih cit? yang sakit itukan
dyon, bukan kamu! suka-suka aku dong mau nanyak atau gak!” ucap melan sepontan
pergi meninggalkan kami yang kini menangis melihat keadaan dyon
Semua panik melihat keadaanku saat itu, itulah mereka.
Mereka yang panik, yang selalu ingin membantuku karena mereka dan mereka yang
sangat menyayangiku. Aku terbaring ditempat tidur yang masih lembut dengan
selimut tebal yang menghangatkan tubuhku. Dan waktu istirahatpun kini memanggil
seluruh siswa/siswi disekolah. Mereka dan mereka yang tadinya panik melihat
keadaanku kini menjadi lega setelah aku akhirnya sadar dari tidur singkatku
itu, disaat mataku mulai terbuka dan menerawang kembali keindahan dunia, aku
masih saja sanggup menanyakan kemana perginya sahabat yang seperti bukan
sahabat, yaitu melan. “yon, disini ada kita. Ada aku dan ada citra.” Ujar rini
dengan suara pelan
“tapi 1 lagi kurang, gak lengkap rin, mana melan??”
“melan lagi dikantin yon sama kak zaky..” jawab citra
“yon, apanya yang masih sakit? Maaf ya kakak datangnya
telat, soalnya tadi lagi ada ulangan yon..” sapa kak sindy dari pundak citra
yang tegap besar
“gapapa kok kak, lagian aku juga udah sehat nih!” jawabku
“yaudah kamu mau kakak beliin apa? Kakak mau kekantin
nih!” tanyanya menggeser sedikit posisinya lebih kedepan agar dapat lebih jelas
melihat keadaan dyon.
“ga deh kak, biar dyon pergi ama rini dan citra aja
kekantin sekalian dyon mau ngajak melan keperpustakaan nyari buku cerita buat
citra mau ngedongengin kita lagi!”
“hah melan lagi? Kakak gak pernah habis fikir deh, kok
mau ya kamu bersahabat sama orang kayak melan. Muak dengar namanya!” ujarnya
keras, dan pergi meninggalkan kami
“udah yon, yuk kita kekantin aja.” Ajak citra
Akupun bangkit dari atas tempat tidur yang masih lembut
itu dengan penuh semangat, dan berjalan menuju kantin. Sesampai dikantin
awalnya aku ingin menyapa sahabatku itu dengan wajah gembira, tapi setelah aku
melihat kesenangannya bersama yang lain, aku memilih untuk pergi jauh
menenangkan diri agar lebih tegar. Tidak seharusnya aku menjadi cemburu buta
seperti ini, dan tidak ada hak untuk aku menangis melihat melan yang telah bersama
kakak kelasku zaky. “rin, kita keperpus deluan aja yuk.” Bisikku ditelinganya
“yaudah, iya iya!” jawabnya “tapi gimana sama melan?” ia
menoleh menatapku
“udah gapapa lagian dianya lagi happy sama kak zaky…”
jawabku yang sekali lagi melirik kearahnya dan pergi.
Akupun mempercepat langkahku keperpustakaan bersama rini
dan citra. Dua butir air bening mengalir dari sudut mataku. Mereka terheran
melihatku menangis tersedu itu. saat mereka bertanya, tak ada jawaban dariku.
Hanya dengan kepala mengangguk akupun mulai bertanya pada mereka. “kenapa ya
setiap orang itu selalu berubah kalau dia udah kenal sama yang namanya cinta?
Kenapa ya kalo orang yang kita sayang itu, gak bisa jadi milik kita, kita
bakalan nangis dan cemburu ngeliat dia udah sama yang lain?” namun, tak ada
jawaban. Mereka hanya dapat saling memandang dan kembali berjalan saat aku
membalik arah tujuanku. Aku fikir jika lebih baik aku duduk dikelas dan
membicarakan hal ini kepada rini dan citra, mereka terduduk dibangkunya, saling
menatap dan kini menjawab dengan pasti pertanyaanku tadi.
“yon, sekarang kamu jujur ya sama kita. Yon, dari dulu
sampai sekarang gak pernah ada kebohongan diantara kita. Kamu suka sama kak
zaky kan?” tanya rini sehalus mungkin
“jika aku simpan perasaan ini tanpa memberitahu ke
siapapun, maka hati aku akan jauh lebih sabar dan kuat. Biarkan hanya aku,
Tuhan dan duniaku saja yang tahu…”
“yon, kita ini sahabat kamu. Banyak kisah kasih yang udah
kita tuang bersama-sama, perasaan itu gak bisa dibohongi yon, dari mata kamu
dan dari air mata kamu kita tahu kalo kamu sukakan sama kak zaky?” ujar citra
menyipitkan matanya dengan tajam
“jangan ada kebohongan yon, please….!”
Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepalaku, rini dan
citra ikut tersenyum dengan kejujuranku. Tapi kini petir seakan menyambar
kemarahan melan yang menyaksikan jelas semua perkataanku pada citra dan rini. Secangkir
minuman hangat yang dipegangnya jatuh pecah berpuing-puing. Lantai kelas yang
tadinya bersih tak bernoda, kini malah ternoda. Dengan kesal ketua kelas yang
sedang asyik membaca buku, kini bangkit memandang wajah melan. Tubuhnya yang
besar dan berotot datang mendekati melan dengan tatapan tajam dan sebuah
senyuman yang pahit. Ia menyambar melan, tapi melan sedikitpun tak
memperdulikannya seakan dihadapannya tak ada orang. Karena itu melan menggeser
posisinya dan tepat berhadapan denganku. Dengan mulut yang komat-kamit, ketua
kelaspun menyerah dan kembali duduk dengan memukul meja, lalu membaca bukunya
kembali. Dan semua ini menjadi sebuah air mata untuk melan, untukku dan rini
juga dengan citra. Hujan kemarahan bahkan badai menghapiri kisah kasihku,
menyaksikan semua kejujuranku yang kini menjadi asamnya kisah persahabatan.
Kini pertengkaranpun terjadi antara aku
dan melan, pertengkaran yang sebelumnya belum pernah terjadi didalam sejarah
kehidupanku.
“tega ya kamu yon bohongi aku. kamu bilang kamu gak suka,
tapi kenapa sekarang kamu jadi sukanya sama kak zaky? Kamu gak sadar kalo kak
zaky tu punya aku?” tanya melan dengan nada tingkat kemarahan tinggi
“mel itu tu gak seburuk yang kamu bayangin. Oke, iya aku
suka! Tapi aku Cuma sekedar suka dan mengalah untuk nahan keegoisan aku yang
sukanya sama kak zaky pacarnya kamu!” jawabku tukas
“sekedar suka? Kalo Cuma kamu suka, kenapa kamu harus
nangis, hah?” tanyanya kembali
“mel, wajar aku nangis. Aku tu cewek, aku punya perasaan
yang halus, yang mudah nangis kalo tersakiti. Oke, aku tau aku beda sama kamu.
Aku bukan Cuma lemah difisik, tapi aku juga lemah dibagian hati aku mel…”
tukasku
“halah kamu tu sama yon, pengkhianat! Aku benci kamu, aku
gak akan pernah lepasin kak zaky buat kamu. Dan mulai sekarang jauh-jauh dari
aku…!” tatapan melan yang tajam berkeliling kesegala arah dan membuat ruang
kelas menjadi hening
“Cuma karena hal ini kamu tega ngancurin persahabatan
kita? bertahun-tahun aku selalu sabar ngadapin sifat kamu, aku selalu ngalah
mel. Tapi kamu selalu ngejatuhin aku, selalu marah sama aku. apa pernah, aku
balas perbuatan kamu itu? gak kan! Kenapa kamu berubah mel? Apa kamu lupa sama
ucapan kamu yang selalu bilang sahabat sejiwa?” kesabaranku mulai tidak
terkendali, aku mencoba memelankan suaraku. Tapi, melan mengeraskan suaranya
yang tepat dihadapanku dan aku tak tahan dengan semua ucapannya yang kasar itu
“aku gak peduli dengan semua itu yon, yang aku tau dan
aku rasakan sekarang aku hanya lagi jatuh cinta dan kamu orang yang coba
ngancurin hubungan aku.”
“udah, cukup! Mel, ingat kita itu sahabatan! Kenapa
masalah munculnya diwaktu kita udah cukup lama bersahabat? Apa artinya
bertengkar? Gak adakan mel! sadar dong, dyon itu sahabat paling baik buat kamu,
buat aku dan buat citra!!”
“sekarang kamu pilih, kamu lebih milih kita apa kak zaky
pacarnya kamu? Hah, jawab!” tanya citra berkeras
Aku bisa merasakan, betapa marahnya melan, rini dan citra
yang kini bertengkar untuk mempertahankan persahabatan kami. Ruang kelasku
menjadi sunyi, semua suara yang tadinya seperti tempat pusat perbelanjaan kini
menjadi pusat perhatiaan pertengkaran melan, rini dan citra. Tanpa berkata
apapun, aku langsung meninggalkan mereka. Hatiku tersayat mendengar ucapan
melan, dulu aku selalu bertahan diposisiku untuk tidak menangis didepan mereka.
Tapi kini dan sekarang ini, aku tak bisa. Aku hanya menangis mencurahkan segala
kepedihanku dengan menenangkan diriku didalam taman sekolah, tak lama kemudian
rini dan citra berlari menyusulku.
“yon, sabar ya. kita yakin kalau persahabatan kita pasti
bisa kayak dulu lagi..!” rini berdiri didepanku sambil menangis
“andai melan tau, kalau sekarang ini
sayap-sayapku tlah patah karena ucapannya…” ucapku menangis tersedu dipundaknya
***
Hari terasa sepi, sunyi, sengap tanpa kehadiran sahabatku
melan. Matahari yang biasanya tersenyum menatap hariku, kini ikut sedih. Angin
yang biasanya menusuk tajam merasuk kedalam tubuhku, kini menjadi lembut tak
berseru riang. Setiap waktu aku selalu menyempatkan diri, pergi bersama citra
dan rini untuk mengintip apa saja yang dilakukan dengan melan sahabatku itu. Terkadang
aku sembari terkenang akan keindahan menjalani hari bersamanya. Banyak hal yang
kami lalui, aku terkadang tak percaya pertengkaran ini bisa terjadi. Hingga kini
posisiku malah tergantikan dengan seorang pangeran idamanku yang menjadi milik
sahabatku melan, sesekali aku menjatuhkan air mataku disaat aku melihat canda
tawanya.
“tak
mudah untukku lupakan segalanya yang pernah kita lalui… mel aku sadar aku
salah!” kataku yang mengintip dari balik semak belukar
“yon, mana tawa dan senyum kamu yang dulu? Kita rindu
sama semua itu, waktu akan beri kesempatan untuk kita bicara nanti, jangan
takut yon. Melan tetap sahabat kita…” ujar citra seraya mengusir semut dipundaknya
“tapi harus sampai kapan? Sampai kapan aku harus terus
ngalah? Udah 1 minggu melan gak mau gabung lagi sama kita, itu tuh rasanya udah
kayak 1 tahun cit..! Aku beruntung punya kalian semua, tapi aku kurang
beruntung udah ngenyia-nyiain seorang sahabat yang aku sanyangi…” kataku
memeluk pundak rini
“yon, penyesalan itu selalu datangnya terlambat, tapi belum
terlambat untuk ucapin kata maaf…! Ayo, kita samperin melan…!” semangat citra
yang bangkit dari balik semak belukar yang lebat itu dan berjalan dengan
hati-hati menuju arah melan dan kak zaky disudut sana
“kalian yakin…?” tanyaku gugup
“yakin yon.” jawab citra sebisa mungkin untuk meyakinkan
aku
Kakiku seakan terpaku, wajahku seakan malu. Dan ucapanku
seakan berhenti, aku menarik nafas panjangku terlebih dahulu saat sudah didepan
tatapan matanya. “mel, ak…aku minta maaf
! aku sadar gak seharusnya aku…. aku” aku menangis terisak dipundaknya
“iiih apaan sih!” jawabnya sombong, seraya menepuh-nepuh
pundaknya yang najis jika aku menangis didekatnya
“maaf? Yon, kamu gak ada salah..” ujar kak zaky
disela-sela pembicaraanku
“hah? Maksudnya?” tanya melan penuh rasa ingin tahu
“mel, maafin aku ya. Udah saatnya aku jujur, aku gak bisa
bohongi perasaan aku sendiri. Kalau aku sukanya sama sindy, kakaknya dyon.
Bukan sama kamu atau bukan juga sama dyon, dan dari awal kita pacaran aku
memang udah lebih dulu pacaran sama sindy, bukan sama kamu..!” jawab kak zaky yang
beralih memegang kedua tanganku
Semua sulit aku percaya, bahwa ternyata semua ini hanyalah
suatu kebohongan. Aku hanya terdiam, melihat posisiku yang kini tepat berada
didepan tatapannya.
“apa
artinya aku selama ini kak?? Apa??” tanya melan dengan wajah yang merah padam
Sepontan kak zaky melepas pegangan tangannya padaku, lalu
mencipitkan matanya dan menatap tajam wajah melan. Kemudian menjawab pertanyaan
melan dengan tukas. “kamu bukan sahabat yang baik, bukan wanita yang baik untuk
aku. aku selalu belajar untuk mengerti kamu, mengisi kekosongan kamu. Seperti
yang dyon lakukan, seharusnya kamu sadar kalau dari awal aku bukan
mempermainkan kamu. Tapi aku hanya ingin kamu tau bagaiman kesakitan dyon yang
selalu mengalah hanya untuk kamu!”
Melan terdiam, taklama dari itu kak zaky kembali berkata.
“Dyon gadis yang tegar, dia berbeda dengan yang lain.
Maaf yon sebelumnya, tapi ini kemauan kakak kamu sindy! karena kakak kamu aku
lakuin ini dan yang aku harap sekarang kamu harus bisa berubah jadi diri kamu
sendiri melan! Ingat itu mel, diri kamu sendiri!”
Kak zaky pergi meninggalkan keheningan yang kini terjadi
diantara kami. Melan terdiam sejenak, begitu juga dengan aku dan ke2 sahabatku.
Setelah pandangannya tlah jauh dari kak zaky, ia berteriak keras dihadapanku
lalu melangkah pergi meninggalkan aku.
“tega kamu yon!”
“mel, kamu masih nyalahin aku? udah terbukti kalau
sebenarnya itu semua Cuma kebohongan, kak zaky itu bukan milik kamu, bukan milik
aku tapi milik kakak aku. Lelaki itu bukan ada 1, tapi ada 1000 lelaki yang
bisa buat kamu ceria lagi. Harusnya kamu sadar. Betapa beruntungnya selagi
tiada aku, citra dan rini masih ikhlas untuk ada disamping kamu!” jawabku tukas
Sesaat langkahnya berhenti, entah apa yang ia fikirkan.
Ia membalik arahnya. Beralih menatapku dan berjalan mendekati kearahku sambil
tersenyum. “aku beruntung punya kamu yon, maafin aku…” ucapnya berdiri
didepanku
Aku tersenyum padanya dan memeluknya tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
“gitu dong… Walaupun kisah kasih persahabatan kita kini
menjadi asam manis rasanya, itu gak jadi masalah. Yang penting tetap bersama
sahabat sejiwa…” teriak citra sambil memeluk kami semua
“iiih sakit tau cit..! keluh rini melepas pelukannya dari
citra. “uuuh gede amat sih badan kamu, hahahahaha becanda cit…!” ledeknya
***
Dimalam yang indah ini, aku terbaring bersama ke3
sahabatku diatas rerumputan hijau yang cantik itu. membentang tikar bersama
berbentuk bulat, bewarna coklat pekat. Mengingat kenangan lalu sambil bernyanyi
menatap keindahan bintang-bintang malam, sebelum aku tertidur. Itulah satu
kebiasaan yang kami lakukan, ditaman belakang rumahku. Dewi bulan seakan
memberi isyaratnya padaku, berbisik indah ditelingaku dan membawaku kealam
mimpi. Aku selalu berdoa dan tak berhenti untuk terus berharap sebuah keajaiban
yang akan membuat kisah kasihku yang terus menjadi abadi dan manis rasanya.
Seakan khayalananku menyambar, membuat aku terhanyut dimalam yang indah seperti
diatas bulan. Mataku yang tadinya terang menatap keindahan malam, kini menjadi
gelap tertutup rapat. Akupun tak sadar bahwa ternyata aku tertidur, hingga pagi
yang membangunkan aku dengan sinarnya yang menerang. Suara nyanyian yang merdu
membuat aku terbangkit dari tempat tidurku, dengan mengucek mataku beberapa
kali. Akupun menatap cermin yang tepat berada didepanku. Sinar mentari yang
terang menerobos masuk kesetiap sela-sela, menyilaukan arah pandanganku dan kulihat
ada sepucuk surat dan 1 kotak musik yang terus beralun-alun, aku tersenyum dan
mulai berfikir siapakah pengirim surat rahasia ini? dan 1 kotak music yang
bewarna pink ini. “hmmmm…” tetapi tak perlu berfikir panjang, aku langsung
membukanya. Kutarik secarik kertas yang berada di dalamnya.
‘SELAMAT PAGI DYON, TUANGKAN HARIMU DENGAN SEMANGAT DAN
SENYUMAN YA, AKU DISINI BERDIRI HANYA UNTUKMU’
Kalimat indah itu menelusuri bagian dalam hatiku, aku
jadi deg-deg-gan menatap tulisan yang cukup rapi diselembar kertas bewarna pink
itu. Dengan wajah gembira, aku mulai membereskan kamarku dan bersiap-siap untuk
berangkat kesekolah bersama ke3 sahabatku. Taklama kemudian aku keluar dari kamarku
dan mengambil sarapan pagiku yang tepat berada diatas meja makan, aku memulai
sarapan pagiku dengan wajah senyam-senyum tak menentu. Papa, mama, kakak bahkan
si bibi terheran melihatku.
“hmmm, hmmm… kayaknya gak seru deh kalo senyum-senyum gak
ngajak-ngajak!” sindir kakakku. Melirik sekilas kearahku
“iiiih apaan sih, biasa aja kali kak.” Jawabku gugup
Langkahku serasa tak karuan, aku menjadi salah tingkah
saat tepat berada didepan teman-temanku. Mereka terheran dan bertanya ada apa
denganku hari ini? wajahku yang tak jelas, sekali tersenyum, sekali-kali
tertawa kecil dan berangan-angan yang tak menentu ditambah sesekali yang
berkeringat dingin saat aku menjawab “gapa…gapapa kok.” Mereka hanya tersenyum
mendengar jawabanku yang gugup, tak jadi masalah tetap saja sewaktu istirahat
aku pergi bersama ke3 sahabatku keperpustakaan untuk membaca buku bersama. Dan
hingga kini bel istirahat berseru riang, memanggil seluruh siswa/siswi
disekolah. Aku dan ke3 sahabatku berjalan pelan menuju perpustakaan, dan
sekarang tepat ada didepan mata. 1 novel yang aku cari-cari itu akhirnya sampai
juga ditanganku, akupun tersenyum melihat rini dan citra sahabatku yang dari tadinya
asyik membaca buku pilihan mereka. Aku dan melanpun ikut menyusul, membaca 1
buku novel untuk berdua dan duduk bersebelahan, belum sampai setengah jalannya
novel yang aku baca itu, aku memandang sesosok lelaki yang tak kukenal itu, berkacamata
culun datang menghampiriku. Dari bawah ujung sepatu hingga ujung rambutnya ia
tampak gugup dan bercucuran keringat dingin saat ia mengulurkan tangannya
padaku. “ak…aku raditya, kamu dyon kan? ” ucapnya yang membawa sepucuk surat
dan setangkai bunga mawar yang wanginya semerbak itu. Sejenak aku terdiam, aku
berfikir dalam hatiku dan sedikit melirik kearah tangannya yang memegang
sepucuk surat bewarna pink itu. “aduh, kok aku bego banget ya. Kenapa tadi pagi
aku gak nanyak ke si bibi aja tentang surat itu, kan pastinya bibi tau siapa pengirimnya.”
“yon! Kok bengong sih?” tanya melan mengejutkan aku
Sepontan aku tersadar dan menjawab “ouu..ouh iya, iya aku
dyon. Kenapa ya?”
“em, aku…aku…aku…”
“iiih norak amat sih kamu jadi cowok! Mana pakek kacamata
culun gitu lagi.. iih ogah deh!” ceplos melan disela-sela ucapan radit
Dengan cepat aku mencubit tangannya melan “syuuutt, gak
boleh gitu mel. Kasiankan dianya jadi sedih kayak gitu..”
“gapapa kok yon” jawabnya. “oya, ini surat buat kamu.” ia
mengulurkan tangannya memberi sepucuk surat dan mawar merah
Aku tersenyum memandang wajahnya, walaupun dia culun. Tapi,
bagiku dia jauh berbeda. Akupun mengulurkan tanganku, mengambil surat itu dan
merasakan betapa harumnya setangkai bunga mawar yang dia beri. “makasih yaa,
oya ini dari siapa?” tanyaku tajam
Wajahnya mulai memerah saat aku mulai bertanya-tanya.
Tanpa sedikit jawaban sepontan dia berlari meninggalkan perpustakaan. Aku dan
ke3 sahabatku heran melihat tingkahnya yang salah itu, tapi yasudahlah yang
penting nanti aku masih bisa bertanya pada si bibi siapa pengirim surat rahasia
itu. Masih dengan wajahku yang tak menentu, aku masuk kedalam kelas untuk
memulai pelajaran yang baru. Kali ini aku benar-benar mulai tak fokus, dengan
apa yang sudah diterangkan oleh guru matematika ku. `Angan-angan yang tak
menentu terus berdatangan menelusuri sel-sel dibagian otakku. Aku seakan berada
didunia yang berbeda, seperti dialam mimpi yang cukup indah. Dengan wajah kesal
dan ancang-ancang menyerang ibu rita mulai melangkah kearah tempat dudukku.
“yon, yon! Ibu rita yon, sadar dong.” Peringat melan
ditelingaku
Tetapi masih saja aku menghiraukan semua suara yang jelas
kudengar, aku masih terus senyam-senyum dan berangan-angan tak menentu. Dengan
kasar ibu rita memanggilku “dyoooooooonnn ……!” teriaknya keras sehingga semua
siswa menutup telinga mereka
“haduh yon, kamu kenapa sih. Sadar dong, iiiih dyon. Gak
lucu tau!” ujar citra yang duduk dibelakang bangkuku
Melan mencubit
tanganku, dan benar kali ini cubitannya sungguh dahsyat yang ku rasakan hingga
akupun tersadar dari angan-angan yang sudah membuat aku malu hari ini. “auughh…! Haduh sakit tau mel.” Keluhku
padanya
“dyon! Ada apa dengan kamu? Apa yang kamu fikirkan?”
tanya bu rita menatap tajam wajahku yang kelihatannya bingung mau memberi
alasan apa.
“aa, ough eng.. enggak ada kok buk. Maaf hari ini dyon
kurang fokus.” Aku menundukkan kepalaku
“kamu tau, tidak biasanya kamu seperti ini. Sekarang ibu
minta kamu keluar dari ruangan ini! cepat..” bentak bu rita padaku
“tunggu buk, kalo dyon yang dihukum. Rini sama citra juga
mau kok buk ikut dihukum.” Potong rini disela-sela bu rita menyuruhku keluar
dari ruang kelas
“oke kalau itu mau kamu rini, silahkan ikut jejak sahabat
kamu itu!” jawab bu rita kasar dan tak ingin melirik wajah sedihku
Kini hanya aku, rini dan citra yang tepat berdiri diluar
kelas. Dengan kaki 1 diangkat dan kedua tangan ditelinga, aku menjatuhkan air
mataku saat ini. Terharu melihat ke2 sahabatku yang masih setia ingin
menemaniku, walaupun melan tak ikut membelaku itu tak jadi masalah, karna
memang semua ini kesalahanku. “yon, kok kamunya nangis? Kamu gak kuat berdiri
lagi?” tanya rini yang sesekali melihat keadaan di sekitarnya
“gapapa kok rin, makasih ya udah mau nemani aku.” jawabku
tersenyum
“haduh rin, yon. Aku gak tahan ni, bawaannya pingin makan
terus.” Keluh citra
“yah, kamunya sih cit emang makan mulu kerjaannya. Yaudah
deh mumpung gak ada yang liat, mendingan kita duduk aja dulu.” Ujar rini
“tapi entar kalo bu rita liat gimana? Lagian kita berdirinya
juga baru 7 menit.”
Dengan wajah sedikit cemberut rini dan citra duduk diatas
kursi panjang tanpa memikirkan apa yang akan dilakukan bu rita jika melihat
kami terduduk santai. “duh yon, tapi kita udah gak kuat.” Keluh citra
Aku hanya tersenyum dan ikut duduk bersama mereka. Citra mengulurkan sebatang cokelat besar
ditanganku. “habiskan ya yon, cokelatnya enak loh.”
“emmmmh oke, makasih ya cit.” kataku. Aku menggigit
cokelatnya dan tersenyum memandang ke2 sahabatku yang sedang bercanda gurau.
Disisi lain aku berfikir, betapa berartinya seorang
sahabat dalam kehidupanku. Didalam sunyi dan sakit mereka masih mau menemani
aku, tersenyum, tertawa, gembira dan menangis bersama. Dan semua itu kini sudah
aku rasakan, aku ikut tersenyum menangis haru didalam hati saat aku melihat
wajah gembiranya menemani sisi baikku. “eemmmp, ih pelan-pelan dong rin
suapinnya..” keluh citra
“hahahaha, apaan ya tu digiginya kamu cit itam-itam..”
ledek rini
“iiihh ini tuh coklat kali rin, ngeledek mulu kamunya!”
jawab citra dengan wajah manyun
Sepontan ibu rita datang menghampiri kami, awalnya
seperti ancang-ancang ingin menyerang. Tetapi malah sebaliknya, bu rita
tersenyum dan menyuruh kami kembali masuk kedalam kelas. Aku tersenyum gembira
dan kini bel waktu pulang telah tiba, dengan sedikit sorakan “HORREEE, hari ini
cepat pulang..!”. Sepulang sekolah aku dan ke3 sahabatku mampir terlebih dahulu
ke toko kue, dengan gembira dan tertawa ria kami menikmati berbagai ragam kue,
mulai dari kue kering hingga kue basah. Setelah serasa puas menikmati jajanan
kue hari ini, kamipun bergegas pulang dengan mengayuh sepeda pixie bewarna pink
itu bersama-sama.
Sesampai dirumah, akupun mengganti pakaian sekolahku. Aku
berjalan menuju tempat tidurku dan merubuhkan tubuhku, kemudian kukumpulkan
seluruh imajinasiku untuk terus berfikir siapakah pengirim surat rahasia itu?
tak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku. Seketika itu juga,
imajinasiku hilang.
“non, ada surat dan setangkai bunga mawar non. dari
penggemar rahasia non..” kata si bibi sembari mengetuk pintu
“iya bi…” aku bangkit dari tempat tidurku dan dengan
cepat aku membuka pintu kamarku
“ini non..”
“tunggu bi, ini dari siapa?” tanyaku
“bibi juga gak tau non, tiba-tiba udah ada didepan pintu
depan..” kata si bibi
“yaudah deh bi, makasih yaa…” jawabku
Dengan rasa penasaranku, akupun menutup pintu kamarku dan
merubuhkan kembali tubuhku. Masih dengan hal yang sama, aku masih terus
berfikir siapa pengirim surat ini? dan sepontan aku menarik secarik kertas
bewarna pink yang bertuliskan “SELAMAT SIANG DYON, TUANGKAN HARIMU DENGAN
SEMANGAT DAN SENYUMAN YA. AKU DISINI HANYA UNTUKMU ”
Kulihat disekeliling kalimat itu, sudah tak ada coretan
apapun. Padahal aku ingin tahu siapa pengirim surat itu. Surat tak bertuan itu,
membuat otakku berfikir keras, menerka-nerka kemungkinan siapa pengirim surat
itu. Dan sudah berkali-kali aku membacanya, mengamatinya dengan jeli tulisan
siapakah itu. Tetap saja, aku tak punya tebakan yang pas meskipun aku telah membacanya
12 kali.
***
Aku berangkat pagi sekali hari ini bersama ke3 sahabatku,
sekolah masih tampak sepi. Diruang kelasku baru 7 orang yang berangkat.
Tujuanku hari ini datang lebih pagi karena aku ingin tahu siapa pengirim surat
rahasia itu, saat aku berjalan mendekati bangkuku. Aku dikejutkan oleh sepucuk
surat bewarna pink yang terletak diatas mejaku. “surat lagi? Hmmmm dari siapa
sih ini? aneh deh, akunya datang cepat suratnya udah deluan ada. Iiih surat tak
bertuan ini buat aku tambah penasaran deh..” bisikku dalam hati
“yon, surat dari siapa nih? Iihh pasti dari tuh cowok
culun! hahahaha…” kata melan menertawakan aku
Aku hanya terdiam dan kembali duduk ketempatku sambil
membaca surat itu berulang kali.
“yon, emang tu surat beneran ya dari kakak kelas kita
yang culun itu?” tanya citra
“aku sih gak tau pasti cit, udah 4 kali aku dapat surat
kayak begini. 3 tangkai bunga mawar dan 1 kotak musik.”
“waw so sweet ya yon, ada penggemar rahasia…” kata rini
yang mulai membayangkan akan keindahan si penggemar rahasiaku itu
“iiih iya sih iya so sweet tapi kan kenapa gak
terang-terangan aja!” jawabku
“what? Penggemar rahasia? Palingan cowok culun kemarin
yang ngasih tuh surat katrok!” kata melan judes, yang kemudian pergi meninggalkan
kami
Dengan wajah sedikit tersenyum, aku langsung memasukkan
surat itu kedalam tasku yang bewarna hijau bergaris-garis biru. Taklama
kemudian ruang kelas menjadi ramai, karena sebagian siswa sudah datang. Disusul
dengan bunyi bel. Dan kini pelajaran pertamapun segera dimulai, hari-hariku
terus berjalan seperti biasanya, tetap sepulang sekolah aku dan ke3 sahabatku
berkumpul bersama, bersepeda santai setiap sore dan menatap keindahan bintang
setiap malam. Dan hingga kini aku masih saja dibuat penasaran dengan surat yang
tidak bertuan itu setiap hari, sudah 12 kali aku mendapat surat yang sama,
mawar merah yang indah dan 4 kotak musik bewarna pink. Hingga hari ini kulihat
wajah lelaki berkaca mata culun itu masih saja senyum-senyum dan salah tingkah
sendiri saat bertemu aku. Aku bertanya pada hatiku. “apa benar surat, mawar dan
kotak musik itu dari kak radit? Kakak kelas berkaca mata culun yang mempunyai
suara merdu saat bernyanyi.”
Jika memang benar harusnya ia berkata jujur saja padaku,
tidak perlu menyembunyikannya seperti ini. karena lama-kelamaan aku menjadi
jengkel melihat sikapnya yang tidak karuan itu. Taklama kemudian, bel istirahat
menyapa seluruh siswa/siswi. Aku yang tadinya hendak ingin pergi kekantin, kini
memalingkan diri untuk balik kedalam kelas.
“yon, mau kemana?” tanya citra menarik lengan tanganku
“aku mau balik kekelas aja cit..!” jawabku sambil melirik
lelaki berkaca mata culun itu
“why?” tanya rini heran
“aku tau kenapa! Pasti karena ada cowok culun itukan yon?!”
ujar melan
Aku menoleh kearah lelaki berkaca mata itu, dengan
sedikit wajah tersenyum aku memilih untuk duduk dikantin saja. “yawudah, yuk
kita duduk disitu aja…” ajakku
Dan lagi-lagi si lelaki berkaca mata itu tak henti-henti
melirik kearahku, cengar-cengir tak menentu dan salah tingkah dihadapanku.
“halaah, udahlah dit. Mendingan kamu jujur aja deh ama si dyon! Ini kesempatan
bagus, didepan semua orang kamu harus berani untuk nyatain isi hati kamu itu.”
ujar salah satu temannya
“tap…tapi dia itukan cewek paling populer disekolah ini.
Mana mungkin dia mau nerima aku!”
“kamu harus yakin dit, kamu harus yakini dia. Dan hari
ini waktu yang tepat!”
Lelaki yang bernama raditya itu mendekat kearah tempat
dudukku, seketika itu pula aku menoleh kearahnya dan bertanya. “ngapain kamu
kesini?”
Dengan wajah gemetaran dan bahasa tubuhnya yang sudah aku
mengerti kini benar anggapanku didalam hati. Tiba waktunya ia mengungkapkan isi
hatinya dihadapanku. “yon, aku suka kamu… dan aku bangga kalau memiliki kamu!”
Awalnya mereka yang menyaksikan hal yang beranggapan
konyol itu, kini hanya terdiam membisu saat aku menjawab semua ucapan dari
lelaki berkaca mata itu. “aku juga bangga dengan keberanian kamu.”
“what? Gak, ini gak mungkin. Yon, kamu becandakan kalo
harus nerima cowok kayak begini?” ujar melan yang masih heran
“mel, kamu gak boleh gitu. Jangan pernah lihat seseorang
itu dari luarnya, tapi dari ketulusannya…” ucap rini
Kali ini melan hanya terdiam mendengar jawaban yang aku
lontarkan pada raditya. Melan meninggalkan kantin begitu saja, dengan wajah
kecewanya. Aku yang tadinya masih berdiri dihadapan radit kini pergi
meninggalkan kantin yang mulai senyap karena hal itu. Aku menyusul melan, dan
kini aku melihat wajahnya. “mel, kamu kenapa?” tanyaku
“aku gak habis fikir, kenapa cewek kayak kamu harus
nerima cowok kayak begituan!” jawabnya
“apa itu masalah buat kamu?” tanyaku kembali
“yon bukannya jadi masalah tap… tapi…”
“mel, jangan sampai hanya karena hal kayak gini.
Pertengkaran diantara kita muncul lagi!” ujar rini disela-sela ucapan melan
“terserah kamu aja deh yon, tapi mulai sekarang aku gak
akan pernah mau ngikutin semua gaya kamu lagi!”
“memangnya aku pernah ngelarang kamu untuk hal kayak
begituan?” tanyaku. “semua itu keinginan kamu mel, bukan keinginan aku!”
“udahlah, jangan bertengkar lagi. DON’T AGAIN!” teriak
citra
***
Hari ini aku menatap keindahan langit biru ditengah danau
bersama radit. Dengan cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat
daun-daun kecil berguguran dipinggir danau. Air mataku tertetes, aku mendengar
tenang saat suara merdunya yang berhasil menyentuh bagian dalam hatiku. Aku
mengingat banyak kenangan yang aku lewati bersama rini, citra dan melan. Dan
semua kenangan itu serasa berjalan dialam khayalku. Yang kini aku fikirkan aku
merasa kehilangan seorang sahabatku yang bernama melan. Ia merubah semua
gayanya yang dulu sama sepertiku kini menjadi gayanya sendiri. Aku mengerti,
memang takkan selamanya ia harus sama denganku. Tetapi, alasannya yang karena
aku telah bersama radit itu bukanlah sebuah penjelasan yang rinci. Banyak
teman-temanku yang terheran saat melihatnya, bahkan mereka mencibirnya. Aku
mencoba untuk tidak bersikap beku saat menyapa melan, tetapi sesaat itu ia
pergi meninggalkan aku. Ia menghiraukan semua pertanyaanku yang mulai aneh
melihat sikapnya yang kaku. Belakangan ini ia lebih sering menyendiri dan tak
ingin bergabung bersama aku, rini dan citra sahabatnya. Radit menyapaku dengan
lembut, menghapus air mataku dengan kedua tangannya. Aku tersenyum menatap
kedua bola matanya, aku merasakan satu kenyamanan saat ia berada disisiku. Tak
perlu aku bermimpi yang indah karena ada dia di hidupku. Dan ia berbisik
lembut. “seseorang yang setia, bukan dia yang selalu ada disetiap sisi baik dan
buruk. Tetapi, juga disetiap doanya.”
Tak dapat aku jelaskan, betapa beruntungnya aku bisa
memiliki lelaki sepertinya. Dan tak sanggup aku bayangkan bila harus
kehilangannya disaat aku sudah mulai miliki perasaan ini.
Bayang-bayang yang tadinya menghanyutkan aku, kini menyadarkan
aku saat hujan mulai turun. Dengan cepat, aku dan radit mengayuh sepeda untuk
kembali kerumah. Dengan baju yang basah kuyup karena kehujanan, akhirnya aku
tiba juga didepan rumah. Aku memandang wajah radit yang mulai pucat karena
kedinginan, saat aku menawarkan untuk masuk kedalam rumahku sebentar. Radit
malah menolak, dan ingin pulang seketika itu. “padahal banyak yang ingin aku
ceritakan padanya tentang persahabatanku yang mulai berantakan itu! tetapi,
setelah kulihat kondisinya. Aku memilih untuk menceritakan besok padanya.”
Ujarku dalam hati
“yon, ak..aku pulang dulu ya!” pamitnya
Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Dan
lambaian tangannya yang gemetaran itu membuat air mataku tertetes. Aku masih
saja memandangnya walau ia sudah jauh, hatiku serasa tersakiti dengan semua
keadaan ini. Kemana semua kisah yang dulu menyempurnakan aku, kisah ini
menyakiti aku dengan kepergian sahabatku melan. Seketika itu aku menghapus air
mataku, mencoba tegar dalam keadaan yang tidak aku mengerti.
“non, ini pakaian gantinya..” ujar si bibi
“makasih bi…” jawabku tersenyum
Aku
hanya bisa menyendiri didalam kamar, menangisi semua kisah kasihku yang mulai berantakan.
Tak lama kemudian, tiba-tiba kakakku masuk kedalam kamarku. “yon, kamu gak
perlu tangisi seseorang yang menyakiti kamu. Seperti sahabat kamu melan.
Harusnya kamu berterima kasih pada tuhan karena tuhan tlah berikan yang terbaik
untuk kamu mencari yang lebih baik. Dan seseorang yang diam itu, bukan berarti
dia marah. Kakak benci sama melan bukan karena kakak gak suka kamu berteman
sama dia, tapi karena sifatnya. Kakak Cuma mau bilang, mungkin hari besok akan
lebih menegarkan kamu setelah kamu akan mengerti bahwa kematian takkan pernah
mengakhiri cinta!” ujarnya menghelus lembut pundakku
“maksud kakak?” tanyaku
Ia hanya diam, air matanya membendung. Dan ia tersenyum
lalu pergi meninggalkanku. Aku tak mengerti apa maksud dari semua ini, akankah
kisahku bersama sahabatku akan kembali seperti dulu, menjalani hari yang penuh
canda dan tawa.
***
Matahari pagi muncul, menembusi kaca jendela kamarku,
sinarnya yang menerang mewarnai kamarku dan menyilaukan arah pandanganku.
Mataku yang masih layu, membuat aku bermalas-malasan untuk bangkit dari tempat
tidurku. Tapi, jam dinding yang sedari tadi berdering, membuat mataku bergerak.
Aku bangkit dari tempat tidurku dan melirik kearah cermin. Kulihat disana
tampak ada sepucuk surat, kuambil sepucuk surat yang bewarna pink itu. sebelum
aku menarik secarik kertas yang ada didalamnya, hatiku sudah lebih mengenal
siapa pengirim surat itu. “pasti ini dari radit…” ujarku tersenyum
Dan ternyata sebelum aku membaca isi surat itu, memang
benar. Disekeliling kertas itu terdapat namanya raditya, namun disaat aku
sedang membaca isinya. Aku terheran apa maksud dari semua ini. butiran air mata
membasahi pipi indahku. Saat aku mulai mengerti dan seketika itu tiba-tiba saja
kakakku muncul dan berkata. “kakak turut berduka cita…”
Aku masih tak percaya dengan apa yang sudah aku baca,
berulang kali aku membacanya sambil menangis terisak-isak. Kini aku terduduk
diatas tempat tidurku sambil berkata. “jangan sampai ia pergi meninggalkanku,
sama halnya seperti sahabatku melan yang kini pergi meninggalkanku dan belum
sempat aku menceritakan semua kisahku padanya…”
To : Dyon Dewantari
Terima kasih untuk segala cinta
Maaf jika harus meninggalkanmu tanpa
pamit
Aku hanya tak ingin menambah bebanmu
Aku mengerti keadaanmu yang kini mulai
berantakan disaat kehadiranku
Kau yang hadirkan semua cinta dalam
hatiku
Kau yang merubah aku untuk lebih
mengenal dunia
Kini usai sudah lembaran yang tertulis
dalam kisahku
Jangan ada duka disaat kau mengerti
kepergianku
Karena semua itu bukan keinginan
besarku untuk tinggalkanmu
Tutup lembaran cerita mu saat bersama
ku
Mulailah yang baru mengukir cerita
bersama yang lain
Karena cinta takkan ada yang abadi
From
: raditya
Dan ternyata kini benar
isi dalam surat itu, ia pergi meninggalkanku bukan karena keinginan besarnya.
Tetapi, karena keadaannya yang semakin buruk karena sebuah penyakit
menyerangnya. tiba-tiba handphoneku berbunyi, suara diseberang membawa berita
yang sama. “yon, aku turut berduka cita…” ujar citra dan rini lewat ponsel
Sejenak aku terdiam, aku mengabaikan semua suara yang
tengah aku dengar. Aku masih tidak terbayang, jika hari kemarin adalah hari
terakhirnya sebelum ia menutup matanya. Aku lukiskan cintaku didalam hati
bersamanya, usai sudah lembaran kisah kasihku bersamanya. “tak mudah bagiku
untuk lupakan segalanya..” ujarku
Tepat pagi ini kepergiannya, tak sempat aku membuat ia
tersenyum. Tak ada kesempatan untukku menyaksikan kematiannya, kini ia telah
pergi. Dan aku yang kini tepat berada dipemakamannya menangis terisak-isak.
Semua teman-temanku mencoba menegarkan aku, aku masih membayangkan bukan hanya
aku yang menangisinya, tetapi semua yang menyaksikannya. Kuhapus air mataku,
namun aku takkan pernah ingin menghapus kisahku saat aku tengah bersamanya.
Banyak cerita yang telah aku ukir bersamanya, salam hangatku untuknya yang jauh
disana. Tiba-tiba melan muncul dihadapanku, ia meneteskan air matanya dan
memelukku, sambil berkata. “yon, aku turut berduka cita. Maaf kalau selama ini
aku salah sama kamu!”
Aku tersenyum pada ucapannya, tak bisa aku salahkan
kehadirannya yang muncul disaat radit pergi. Karena dengan adanya melan
disisiku saat ini, adalah harapan terbesarku untuk mengisi kisah yang baru. Kini
kulangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkan kisahmu, walau aku tau aku takkan
mampu melupakanmu kasihku. Semua kalimat yang tertulis didalam surat yang ia
berikan, selalu kuingat dan selalu kukenang. Dan setiap kali aku mendengar
alunan lagu dari kotak music yang ia berikan, butiran air mata menetes
dipipiku. Karena aku akan selalu merindukannya. “tuhan, jaga ia disana.
Tenangkan ia disana dan terangi jalannya disana..” karena rinduku itulah
kenanganku.
***
Malam ini aku menatap keindahan bintang bersama ke3
sahabatku, aku menutup lukaku dengan memamerkan senyumanku pada mereka yang
lama rindu akan semua itu. Aku terhanyut dalam lamunanku, aku membayangkan
betapa besar keinginanku untuk lebih tegar. Seketika itu lamunanku menjadi
berantakan, saat aku tersadar bahwa ternyata aku senyum-senyum tak menentu.
Sahabatku tertawa geli melihat tingkahku yang tidak biasa itu, taklama setelah
itu. tiba-tiba kakakku datang menghampiri kesenanganku bersama mereka, kakakku
tersenyum menatap melan. Dan ia menyapanya dengan nada lemah lembut. “hey mel,
ternyata kamu memang udah berubah total.”
“iya dong kak, kan gak mungkin selamanya melan harus sama
ama dyon. Lagian melan tau kok, kalau semua ini keinginan besarnya dyon dan kak
zaky bener selama ini, harusnya dari dulu melan sadar, bahwa dyon sahabat
terbaik buat melan, citra dan rini… ” ujarnya
“hmmmm, yayaya kakak setuju! Berarti mulai sekarang kita
temenan dong mel..”
“hahaha… loh kok baru sekarang sih kak temenannya? Kenapa
gak dari dulu aja?” tanyanya
“entahlah, yang pasti kakak punya 1 kejutan buat dyon
malam ini…” jawab kakakku sambil tersenyum dan melirik kearahku
“kejutan! Apaan?!” kejutku
Kutatap dari kejahuan tampak sesosok lelaki berpakaian
kemeja datang mendekat kearahku, kuperhatikan gayanya. Sepertinya aku kenal
siapa dia, dan ternyata memang benar aku mengenalnya. Dia itu adalah kakak
kelasku yang paling populer disekolahku, namanya ray. Aku sempat tak percaya
jika kini dia tepat berada dihadapanku, dan aku belum siap untuk mengatakan
“YA!” saat dia menggenggam erat tanganku dan menyatakan isi hatinya. Aku tak
menyangka bahwa ternyata ia sepupuan dengan radit. “tuhan, apakah ia yang
engkau titipkan untukku? Untuk pengganti radit yang sudah tiada…” bisikku dalam
hati
Tatapan matanya semakin dekat dan tak bisa aku lewati
bahwa benar aku harus menjawab “YA!” untuk menutup lukaku dan mulai belajar
menyayanginya, sama halnya seperti keinginan raditya.
Melan menoleh kearahku dan memberi tanda-tanda yang sudah
aku pahami. Bisikan dari banyak arah terus kudengar dan kuperhatikan. “aku…aku
terima kamu!” jawabku gugup
Ia tersenyum indah padaku, melirik kesemua sisi menyatakan
bahwa ia bahagia bersamaku. “makasih yon…” ucapnya
Kutatap wajah bahagianya yang begitu juga dengan mereka.
“wau, berarti tinggal kita dong yang masih jomblo!” teriak citra kegirangan
“hahahahaha, jomblo gak jadi masalah kali cit.” ujar rini
Malam ini malam yang penuh dengan tawa, tawa indah bukan untuk
menghapus radit dari hidupku, tapi untuk mengenangnya yang jauh disana.
***
Dan hari ini adalah hari bersejarah dalam hidupku setelah
1 hari kematiannya. Didanau ini, aku kembali terkenang akan kisahnya. Aku
memeluk ke3 sahabatku yang kini menjadi utuh kembali. Suasana menjadi hening
seperti tempat pemakaman. Aku menatap danau yang berbisik pelan kepadaku,
butiran air mata membasahi pipiku. Dan aku bertanya dalam hati. “mengapa ia
pergi disaat aku mulai kembali bangkit dengan senyuman yang pasti?” walau aku
tahu aku takkan pernah mendapatkan sebuah jawaban dari bibirnya. Percikan air
danau yang tenang, membuat aku menjadi terasa suci saat aku mengerti betapa
sakitnya kehilangan seseorang yang menyayangiku. Dan pada akhirnya kini seluruh
hidupku, aku pernah merasakan bagaiman asam manis kisah kasihku dalam sebuah
persahabatan. Merasakan bagaimana sakitnya pertengkaran, senangnya saat berbagi
bersama dan setelah 1 hari kematiannya cintaku tetap takkan pernah hilang,
walau aku harus bersama yang lain untuk menutup betapa rapuhnya aku setelah
kepergiaannya.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar